qrs.the.blog

blog yang isinya unek2 gw... kejadian2 yang gw alamin pada keidupan gw(masa kematian), mw dibilang norak, ato apapun, yang penting Me are Me! Me Mild(loh, malah iklan)

Because This Phone

Message One: Hacked!

Jakarta, tahun 2112

Disebuah ruangan kelas kecil, terlihat jam sudah menunjukan pukul 8 malam, hening terasa, mengisi malam itu. Sang dosen sedang menulis di papan tulis, para mahasiswa mencatat di catatan sampai…

“Hooammm…” suara terdengar cukup jelas di ruang kelas sebuah universitas. “Siapa yang menguap???” teriak sang dosen sambil memalingkan mukanya ke arah muridnya sesaat setelah suara itu terdengar. Hening seketika, disela-sela keheningan terlihat dua orang mahasiswi menunjuk Nago, salah satu mahasiswa asing yang belajar disitu samil berbisik-bisik.

Melihat gerak-gerik kedua mahasiswa itu, sang dosen pun bertanya, “Nago, apakah kamu…???” Nago hanya celingak-celinguk dan memasang ekspresi mengantuk tanpa memperhatikan sang dosen bertanya kepadanya. “NAGO!!! Perhatikan kalau saya bicara!” teriak sang dosen. “Ya, Pak! Hadir!” sahut Nago reflek. Seketika itu juga para mahasiswa-mahasiswi yang berada di ruangan itu tertawa, menyebabkan kelas yang mulanya sepi menjadi riuh gemuruh.

“Nago, apakah kamu yang mengeluarkan suara tersebut?” “Ti… Hooaaammm…” belum selesai mengucapkan kata tidak, dia kembali menguap, bahkan lebih kencang dari yang pertama. Kelas kembali rusuh ketika Nago berbicara. “Silahkan meninggalkan kelas jika kamu tidak ingin belajar!” gertak dosen, lalu kembali melanjutkan menulis soal di papan tulis.

Mendengar kata-kata dosen, Nago segera membereskan barang-barangnya, lalu berpamitan dengan nada meledek, “Pulang dulu ya, Pak!!! Hoaaammm… nyam… nyam…” sang dosen pun tidak perduli dengan perkataannya.

Nago memang anak yang acuh tak acuh, namun dia adalah murid yang cukup pintar yang ada di universitas itu, dan salah satu murid kebanggaan universitasnya. Dia tidak takut kepada seluruh dosen yang mengajarnya, kecuali satu orang dari bagian konseling yang selalu memberinya nasehat.

Nago berjalan pelan ke tempat parkiran motornya, “Ah… bukannya dari tadi saja, ngantuk banget nih, kenapa dapet shift paling terakhir sih, udah gitu ga jelas lagi ngajarnya! Dia sama gw juga sama ilmunya! Huh..!” gumamnya. Lalu diambilnya jaket di tasnya, dipakainya helm kesayangannya yang berwarna merah, senada dengan warna motornya, lalu merogoh kantong celana dan mengambil kunci motornya. Dia kemudian duduk di motor itu dan menyalakan mesinnya. BRRRRMMM… BRRMMMM… BRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRMMM suara motornya memecah keheningan malam.

Tidak berapa lama setelah sampai di jalan artireli, dia melihat ada kejanggalan di jalan, ia melihat traffic light seperti korslet, namun ketiga lampunya menyala bersamaan, layaknya sebuah kode morse. Lalu seperti mendapat wangsit bawa itu kode morse, dia mencoba membaca dan mengartikannya “K-E-D-H-A-C” gumamnya “Apa maksudnya?” dan tiba-tiba, tanpa disadarinya, traffic light sudah berjalan kembali normal, ia melanjutkan perjalanan menuju rumah. “Entahlah!” gumamnya sekali lagi tidak memperdulikan yang ia alami.

Karena ia adalah orang yang acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar, dan itu adalah salah satu alasan dia dekat dengan orang konselor, dia tidak memikirkan lebih lanjut. Sepanjang jalan, lampu-lampu jalan menerangi jalannya, dilihat kanan dan kiri jalan, terlihat beberapa robot pembantu manusia sedang membantu orang menyebrang. Robot hydrant dan penyapu jalan sedang dalam masa hibernate. Terlihat juga kendaraan angkutan umum otomatis yang sedang mengangkut penumpang. “Masa yang hebat, dimana pekerjaan manusia sudah lebih mudah berkat penemuan hebat 100 tahun yang lalu tentang robot, namun mengapa robot itu tidak dimasukan artificial intelligent yang sebenarnya sudah bisa diimplementasikan ke robot-robot itu, dan sekarang, mereka hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan saja, tidak praktis!” Pikirnya dalam hati

Sambil berjalan dengan motor favoritnya, ia menelusuri kota Jakarta. Ketika hampir sampai di jalanan pintas yang kecil yang mengarah ke komplek rumahnya, ia mengendarai motornya dengan pikiran yang melalang buana entah kemana, menghayal jika seandainya ia memiliki kekasih, karena sifatnya yang cukup egois sehingga ia tak pernah memiliki kekasih, walau sekali saja, ia tak pernah merasakan asiknya pacaran. Karena lamunannya itu, ia salah mengambil jalan, seharusnya belok ke kiri, ia malah lurus, menyebabkan ia harus memutari jalanan itu yang pada akhirnya ia tempuh. Hingga suatu saat ia melewati jalan yang jauh dari kawasan kependudukan.

Ia menarik tuas gas perlahan-lahan sambil menarik tuas kopling agar dapat stabil dalam kecepatan pelan. Setelah mendapatkan kecepatan yang diinginkan, dilepasnya perlahan-lahan tuas gas, sehingga kecepatan berkurang. Lalu ia mengarahkan matanya ke sebuah panel kotak di kabin motornya. Panel tersebut berwarna biru dengan tulisan yang bewarna biru, namun lebih muda, menjadikan kesan panel itu lebih futuristic, kemudian ditekannya panel touchscreen itu. Dipanel itu tertulis
Menu: Auto Pilot Mode
Automatic mode
Manual Mode
Racing Mode
Street Mode
Speed Limit
Kemudian Nago menekan pilihan Auto Pilot, lalu sesaat setelah ditekan, tulisan di panel tersebut menghilang, lalu muncul tulisan kembali
Confirmation: Are you sure want to change into Auto Pilot Mode?
Yes No
Ditekannya tombol yes tanda menyetujui, tulisan itu kembali menghilang, membuat panel itu menjadi polos kembali, lalu muncul tulisan kembali
Set destination
Yes No
Ditekannya tombol yes, lalu ia memasukan koordinat rumahnya. Kemudian panel merubah tulisannya
Use current speed?
Yes Increase Decrease
Ditekan kembali tombol yes yang terpampang di panel. Setelah semua opsi dipilih layar panel menjadi biru polos, kemudian lama-kelamaan cahayanya memudar.

Ditelusuri jalan itu pelan-pelan sambil menikmati dinginnya malam dan pikiran masih tetap melalang buana. Sampai suatu saat di depan bangunan yang sedang dibangun menyadarkan dia dari lamunannya. Brakkk… Brukkk… Tingg… Tengg… terdengar suara kegaduhan, dengan reflek Nago mearik tuas rem. Panel kembali menyala, dan muncul tulisan Auto Pilot Mode: Off. Nago segera mengarahkan motornya memasuki komplek bangunan itu.

Ia segera turun dari motornya, lalu masuk lebih dalam dan memeriksa keadaan sekitar. Berjalan layaknya pencuri, mengendap-endap di tengah malam diterangi xenon watch light, sebuah jam tangan yang berfungsi sebagai emergency lamp. Keadaan tenang, aman terkendali. Setelah memastikan keadaan, dipalingkan tubuhnya mengarah keluar. Berjalan dengan santai

Tiba-tiba ruangan menjadi terang, terdengar grrnggg… cngiitt…cngitt di palingkan wajahnya, dilihatnya dengan mata terbelalak, sebuah robot penggali dan pemancang tiang pancang mendekatinya dengan memutar-mutar “tangannya”, tangan depan adalah shovel, tangan belakangnya alat pemancang tiang. Layaknya orang kebingungan, Nago hanya berjalan mundur pelan, setapak demi setapak, dilihatnya robot itu mendekati dengan cepat.

Setelah sadar akan dibunuh oleh robot itu maka ia berlari tak beraturan. Robot itu menggila, menjadi buas dalam seketika, seperti harimau kelaparan, ia membanting-banting shovelnya ke arah Nago, Nago berusaha menghindarinya, namun robot tidak mengenal rasa kasihan dan lelah, ia terus mengincar Nago. Nago, seorang manusia yang sedang diincar dan dijadikan target untuk dibunuh, memiliki ketakutan yang mendalam dan lelah menghindari serangan-serangan “tangan” robot itu.

Tidak ada satupun yang menolong Nago, karena lokasi bangunan yang jauh dari wilayah kependudukan, ia merasakan kejauhan yang amat sangat dengan motornya, yang disaat itu adalah satu-satunya harapan ia untuk melarikan diri. Ditengah keputus asaannya, cngiiitttt… tiba-tiba robot itu menjadi jinak dan tidak bergerak lagi. Ia segera mengambil smartphone yang berada di saku celananya, diaksesnya motor tersebut, dan ditujukan ke koordinat tempat ia berada sesuai dengan gps yang ia lihat.

ngikkk… cngiitt… tepat sebelum ia menekan tombol yes pada saat konfirmasi lokasi, robot itu mulai bereaksi lagi, cepat-cepat nago mencari tempat persembunyian sementara yang agak jauh dari robot itu, namun membuatnya lebih jauh dengan “harapannya”. Setelah dirasakan aman, ia segera menekan tombol no pada layar konfirmasi, dan mulai mengetik koordinat rumah serta memilih tombol misc., lalu dipilihnya pilihan message, cepat-cepat ditulisnya Tolong, robot mengamuk di koordinat 1325,1659 lalu ditekannya tombol send dan motor itu langsung melaju ke rumah Nago.

Robot itu kembali bereaksi, kali ini berbeda, lebih buas dan lebih. Kali ini robot itu merusak tiang-tiang bangunan dan mencari Nago. Salah satu tiang mengenai motor Nago yang belum jau keluar dari area parkir, sehingga terlihat sedikit rusak dari luar. Tidak berapa lama, robot itu menemukan Nago dan berusaha membunuh Nago kembali.

Brmmm… brmmm… bruaakkk, tiba-tiba sebagian kecil pagar kayu yang mengelilingi bangunan itu diterjang sebuah kendaraan. “Motorku sudah kembali lagi? Tidak mungkin secepat itu, jarak dari sini ke rumah sekitar 5 kilometer, jika motorku berlari kecepatan penuh tidak mungkin secepat ini!” pikirnya dalam hati. Ternyata yang menabrak adalah mobil, dan ternyata itu adalah tindakan sengaja.

Sang pemilik mobil segera turun sambil menggenggam sesuatu yang diambilnya dari kantong. Nago tidak terlalu kelihatan apa yang digenggamnya karena silau lampu mobilnya. Ia hanya bisa melihat sesosok laki-laki saja, sendirian.

“Hmm… tampaknya sudah dimulai aksinya ya, Ivory?” Tanya sang laki-laki sambil men-slide keatas handphonenya, dengan nada santai, lalu ditekannya *-7-7-5-#. Dilemparnya handphone itu ke atas mobil. Tiba-tiba handphone itu berubah menjadi sosok robot kecil, “Tampaknya! Initiate crack sequence! Commence access!” tiba-tiba handphone itu mengeluarkan suara sambil mengarahkan tangan kecilnya ke arah robot shovel tersebut. Display yang sebelumnya berwujud mata dan mulut yang sederhana berubah menjadi hijau dan terlihat bar yang menunjukan angka 0-100%, lalu bar itu dengan cepat berjalan menuju angka 100%.

“haaaa… aaaaa!!!” teriak nago “huaaaaaaaa…” Nago sudah terpojok dan shovel sudah mengarah ke badannya, putaran “tangan” robot itu melemah dan berhenti sesaat sebelum mengenai badannya. Dicobanya berdiri, namun tertatih-tatih. Nago berjalan mendekat ke arah laki-laki tersebut. “Complete!” terdengar suara dari handphone itu, laki-laki itu tidak menghiraukan handphone itu dan membiarkan tetap ada diatas mobil, lalu ia berjalan menuju Nago.

“Awaaa…sss!” teriak laki-laki itu, lalu berlari menuju Nago dan mendorongnya ke kanan. Laki-laki itu terkena “tamparan” “tangan” robot itu dan terlempar jauh ke kiri. Handphone itu mengarahkan tangannya kembali, namun ia tidak mengeluarkan suara apa-apa, ia melihat pemiliknya dilempar dan dihantam oleh robot itu, handphone itu terlihat cemas dan bingung dengan tindakan apa yang harus ia ambil.

Disaat yang sama ketika sang laki-laki di”siksa” oleh robot, “Handphone? Itu??? Ternyata…” Kata Nago setengah kaget dengan apa yang dilihatnya, “Aaaaaggghhh…” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar kembali erangan dari sang pemilik handphone. Nago langsung memalingkan mukanya dan mengarahkan matanya langsung ke laki-laki yang telah menyelamatkan nyawanya.

Segera ia berlari ke arah laki-laki itu sambil berteriak “Nooo… Nooo…” namun, seperti mendengar, robot itu langsung mementalkan Nago dan kembali menuju ke arah laki-laki tersebut. Nago yang keras kepala kembali menuju ke arah laki-laki itu berulang-ulang, dan berulang-ulang juga ia dipentalkan oleh robot itu.

Lalu terdengar suara sayup-sayup sirine dan memenuhi lapangan parkir bangunan itu. “Ivory, neutralize!” teriak seorang wanita yang keluar sesaat setelah mobil-mobil itu berhenti. “E, a, e…” handphone yang dipanggil Ivory itu ragu, “NOW!” teriak wanita itu memerintah. “Initiate crack!” sahut Ivory sambil mengarahkan tangannya kembali.

Tak berapa lama, robot itu kembali “jinak” dan tidak bergerak. “Medic, cepat bawa Simon ke rumah sakit! Kalian, bawa bocah itu ke HQ!” kata wanita itu, tenaga medis yang disuru segera membawa laki-laki bernama Simon itu ke rumah sakit, lalu 2 orang laki-laki yang disuru membawa Nago segera menuju Nago dan mengangkat dirinya dan memasukan ke mobil. Nago tidak dapat berkata apa-apa dan menurut saja ketika diangkat. Lalu wanita itu berjalan menuju Ivory, “Ivory! Attract phone!” lalu Ivory kembali menjadi handphone biasa, dan langsung dikantongi handphone tersebut.

“Hmmm, lebih baik sebelum ke HQ kita ke rumah sakit dulu, memastikan Simon baik-baik saja.” Perintah wanita itu. “Baik, Quard Lilly!” sahut driver. “Quard? Apa pula itu?” kata Nago dalam hati, lalu dia memperhatikan sekelilingnya, lalu matanya terpaku pada jas yang dikenakan orang yang mengapitnya. Dilihatnya ‘Wave’. “Wave? Apa pula ini? Ga pernah denger… hmmm… eh, wave? Apa ya, rasanya mengingatkan aku tentang sesuatu…” diperhatikannya pelan-pelan tulisan itu, tampak samar-samar ada tulisan O di belakang kata wave itu. “OWave? WaveO? Mmm… WaveNol? Nol… Zero! WaveZero? Apa itu, ga pernah denger” “Kita sampai!” kata driver itu memecah lamunan Nago. “Ok! Bawa serta bocah itu!” perintah Quard Lilly kepada 2 orang yang mengawal Nago. “Hai! Aku bukan bocah!” nada sombong keluar dari mulut Nago. Lilly tersenyum miris, kemudian berkata “Bukan bocah, lalu? Perusak?” sambil berjalan meninggalkan Nago menuju kamar Simon.

“Cih… apa yang dia maksud perusak? Gara-gara robot tadi? Sudah gila rupanya.” Sambil bergumam, ia masih saja memperhatikan logo yang ada di jas itu. Sampai di depan kamar Simon, driver tadi berdiri di depannya, dan kini ia dapat dengan jelas melihat logo itu. “itu 0 bukan O, dan berada agak depan, apakah ini ZeroWave maksudnya? Entahlah, sound better disbanding WaveZero.” Pikirnya dalam hati

Tidak berapa lama Nago berada di depan kamar rumah sakit itu, Lilly yang sudah masuk duluan keluar, “Hei bocah, Simon ingin berbicara denganmu!” lalu menoleh ke arah penjaga, “kalian tak perlu mengawal, jaga pintu saja!” Mendengar itu, Nago masuk ke kamar tempat Simon dirawat.

To be continued

0 komentar:

search aja dah klo bingung

Nongkrong Here!

friends

di klik yah ^^

Powered By Blogger